Selasa, 12 Juni 2012
Laporan Kultur Jaringan
PENDAHULUAN
Keragamaan jenis tanaman obat mulai dari jenis tanaman dataran rendah sampai tanaman dataran tinggi menuntut penyesuaian lingkungan untuk kegiatan budidaya tanaman tersebut. Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi lingkungan tertentu agar dapat tumbuh dan bergembang dengan optimal. Lingkungan pertumbuhan yang dimaksud meliputi iklim dan tanah. Beberapa unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan penyinaran matahari secara langsung berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman obat membutuhkan suhu udara yang sesuai agar proses metabolisme dapat berjalan baik, sedangkan suhu tanah akan mempengaruhi proses perkecambahan benih. Suhu tanah yang terlalu rendah dapat menghambat proses, sedangkan suhu tanah yang terlalu tinggi dapat mematikan embrio yang terdapat pada biji. Tanaman obat-obatan membutuhkan curah hujan yang cukup dengan distribusi yang merata. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman obat (Anonim1, 2010).
Tanaman obat dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Beberapa tanaman obat dapat digunakan sehari-hari dan diolah dengan cara sederhana seperti direbus dan dicampur dengan air atau bahan-bahan lainnya, sedangkan tanaman yang lain diolah secara modern oleh pabrik atau industri rumah tangga dengan cara dikeringkan dan dikemas dalam kemasan yang praktis untuk dikonsumsi (Anonim1, 2010).
Tanaman obat keluarga pada dasarnya adalah tanaman yang ditanam di halaman rumah, kebun ataupun sebidang tanah yang dimanfaatkan sebagai budidaya tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan. Tanaman obat keluarga juga berfungsi sebagai pemanfaatan lingkungan di sekitar rumah dan kebun. Di era sekarang semakin banyak keluarga yang sadar betul apa manfaat dari tanaman obat itu sendiri (Anonim2, 2010).
Kalau kita kaji lebih dalam sungguh banyak sekali khasiat dari tanaman obat keluarga tersebut. Banyak pula jenis nya. Sebagai contoh kumis kucing, sambiloto, lidah kucing dan lidah buaya. Tentunya tanaman obat ini sudah banyak di ketahui khasiatnya. Mulai dari kumis kucing yang berkhasiat sebagai obat pada penyakit pada saluran kencing seperti infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu dan encok atau kita bisa juga menanam tanaman pengusir nyamuk (Anonim2, 2010).
Tanaman obat sambung nyawa di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales (Campanulatae)
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales (Campanulatae)
Suku : Asteraceae (Compositae)
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens
Tanaman Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Anonim 3, 2010).
Daun Sambung Nyawa oleh sebagian masyarakat Indonesia digunakan sebagai obat kanker kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan 3 lembar daun segar sehari selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Ardhi, 2010).
Daun tanaman Sambung Nyawa mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988), asparaginase (Mulyadi, 1989) (Ardhi, 2010).
Pembuktian secara ilmiah mengenai khasiat tanaman ini melalui penelitian telah banyak dilakukan antara lain Sugiyanto et al. (1993), melaporkan adanya efek penghambatan karsinogenitas benzo(a)piren (BAP) oleh preparat tradisional tanaman G. procumbens, penelitian Meiyanto (1996) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun G. procumbens (Lour.) Merr. mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh BAP. Sifat antimutagenik ini juga dilaporkan oleh penelitian Sugiyanto et al. (2003), yaitu penghambatan mutasi pada Salmonella typhimurium. Secara in vitro, ekstrak etanol daun G. procumbens memiliki IC50 kurang dari 1000 ug/ml pada larva udang Artemia salina Leach (Meiyanto et al., 1997). Selain menghambat karsinogenitas pada kanker paru, G. procumbens juga diketahui mampu menghambat karsinogenitas kanker payudara (Ardhi, 2010).
Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian sebelumnya baik terhadap ekstrak etanolik maupun fraksi-fraksinya yang mengarahkan pada efek kemopreventif Tanaman Sambung Nyawa, baik sebagai blocking maupun suppressing. Ekstrak etanolik daun G. procumbens juga dilaporkan memiliki efek antiangiogenik, sehingga tanaman ini berpotensi sebagai antimetastasis, anti-invasi (Ardhi, 2010).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik kultur jaringan secara umum.
BAB II
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
a. Bahan pembuatan larutan stock
- Bahan kimia untuk nutrisi, vitamin, FeEDTA, ZPT
- Aquadest
b. Bahan-bahan untuk pembuatan media
- Gula
- Agar
- Aqua destilata (aquadest)
- Larutan stok terdiri atas hara makro, hara mikro, vitamin, ZPT
- NaOH 1 N dan HCL 1 N
Alat
a. Alat pembuatan larutan stock
- Timbangan analitik
- Sendok
- Pipet
- Erlenmeyer
b. Alat pembuatan media tanam
- Magneitk stirer
- Timbangan analitik
- Pipet
- Ph meter
- Gelas piala
- Botol-botol kultur
- Plastik pp 0.3 mm
- Karet gelang
- Kertas label
c. Alat sterilisasi
- Autoklaf
- Oven
Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru setiap hari selasa pada pukul 15.00 WITA sampai dengan selesai yang dimulai pada tanggal 28 Februari 2011 sampai tanggal 24 Mei 2011.
Prosedur Kerja
a. Melakukan sterilisasi Alat dan Media Kultur
- Mensterilissasi alat dan media kultur jaringan dilakukan secara bersama-sama menggunakan autoklaf.
- Membungkus alat-alat kultir seperti petridish, pisau scalpel dan pinset dengan kertas koran.
- Memasukkan botol-botol berisi media dan alat-alat kultur yang telah dibungkus kertas koran ke dalam autoklaf untuk proses sterilisasi pada suhu 121 C, tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit.
- Menyimpan alat-alat kultur dalam oven
- Menyimpan media pada rak penyimpanan media yang bertujuan untuk mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi pada media sehingga dapat dicegah penggunaan media yang telah terkontaminasi pada saat penanaman.
b. Membuat larutan stok
1). Larutan stok media
- Menimbang bahan-bahan kimia yang telah dikalikan menjadi beberapa kali konsentrasi, misalnya untuk unsur hara makro dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan 100 kali konsentrasi.
- Melarutkan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquadest dengan volume tertentu, misalnya 500 ml.
- Memasukkan masing-masing larutan ke dalanm botol dan menyimpannnya ke dalam refrigerator.
2). Larutan stok zat pengatur tumbuh
- Menghitung kebutuhan BAP 100 ppm sebanyak 300 ml adalah sebagai berikut :
100ppm = 100mg/l = 30 mg/0.3 l = 30 mg/300 ml
- Menghitung kebutuhan IBA 100 ppm sebanyak 100 ml adalah sebagai berikut :
100 ppm = 100 mg/l = 10 mg/ 0.1 l
= 10 mg/ 100 ml
- Melarutkan bahan dengan alkohol atau NaOH 1 N kemudian ditambah dengan aquadest sampai 300 ml untuk BAP dan 100 ml untuk IBA.
- Memasukkan masing-masing larutan tersebut ke dalam botol dan menyimpannya ke dalam refrigerator.
c. Membuat media kultur
- Mengambil larutan stok yang berisi NaEDTA, hara makro, hara mikro, vitamin dan ZPT.
- Memasukkan larutan stok ke dalam ;abu takar dan tambahkan aquadest sebanyak 1000ml/ sampai tanda.
- Memasukkan ke dalam bekerglass.
- Memasukkan gula sebanyak 30 gr/ tunggu sampai larut.
- Mengukur pH dan mengkondisikannya menjadi 5,8 – 6,2 dengan menambahkan HCl atau NaOH.
- Memasukkan agar sebanyak 8 gr/l.
- Mendidihkan larutan tersebut.
- Memasukkan larutan yang sudah jadi ke dalam botol kultur.
- Menutup botol kultur dengan plastik pp dan mengikatnya dengan karet gelang.
- Memasukkan botol kultur tersebut ke dalam autoklaf untuk disterilkan.
d. Penaburan
- mengambil daun tanaman obat sambung nyawa yang masih muda yang ada pada tanaman induk.
- mencuci daun muda di air mengalir.
- mencuci dengan detergen selama tiga menit sambil di elus.
- mencuci lagi dengan air mengalir.
- memasukkan dithane 0,2% digojlok selama 30 menit, kemudian dithane di buang.
- menggojlok lagi dengan agrib 0,2% selama 30 menit, kemudian agrib di buang dan diganti dengan aquades, di gojlok selama 3 menit.
- membawa eksplant ke ruang penaburan.
- mengganti aquades dengan alcohol 70% dan di gojlok selama 3 menit.
- mengganti alcohol dengan baycline 7% dan di gojlok selama 7 menit.
- mengganti baycline dengan aquades steril dan di gojlok selama 5 menit.
- mengganti aquades dengan campuran aquades dan bethadin dan di gojlok selama 5 menit.
- mengambil eksplant dan di potong dalam petridish.
- memasukkan eksplant yang telah di potong ke dalam botol media lalu diamati.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel1. Hasil dari pengamatan kultur jaringan daun sambung nyawa.
Minggu ke
|
Hari-tanggal-tahun
|
Kegiatan
|
keterangan
|
1
|
Jum’at, 15-4-2011
|
Penaburan
|
Menanam eksplant kedalam botol kultur
|
2
|
Jum’at, 22-4-2011
|
Pengamatan dan Penaburan
|
Dari 4 botol eksplant yang ditanam minggu ke 1, semua botol mengalami kontaminasi berupa tumbuhnya jamur pada media tanam.
Penaburan ke 2 dilakukan untuk mengganti bibit eksplant yang ditanam pada penaburan pertama sebab semua botol eksplan terkontaminasi.
|
3
|
Selasa, 3-5 2011
|
Pengamatan
|
Pada minggu ketiga setelah penaburan ada 1 botol yang eksplantnya menunjukkan respon yakni berupa lengkungan dan yang lainnya belum menunjukkan respon. Untuk eksplant dipenaburan kedua 1 botol eksplant mengalami kontaminasi dengan tumbuhnya jamur didalam media tanam. Sedangkan yang tersisa 3 botol eksplant masih dalam keadaan aseptik.
|
4
|
Selasa, 10-5-2011
|
Pengamatan
|
Eksplant yang di tanam pada penaburan ke 2terdapat 1 botol yang mempunyai respon tumbuh dari media.
|
Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa tanaman sambung nyawa dapat dijadikan sebagai bahan untuk kultur jaringan. Jaringan tanman yanag digunakan untuk mengkultur adalah bagian daun dari tanaman sambungb nyawa. Dari praktikum yang telah dilaksanakan pada minggu pertama, praktikan melakukan penaburan yaitu penanaman daun sambung nyawa dengan menggunakan metode kultur jaringan, untuk penaburan ini praktikan memasukkan daun tanaman sambung nyawa yang masih muda yang telah di sterilkan dan telah di potong ke dalam botol yang telah terisi media yang steril.
Hasil dari penaburan minggu pertama kami amati, dan ternyata keempat botol yang ada daun sambung nyawa tersebut terkontaminasi. Itu disebabkan karena tumbuhnya jamur pada media tanam dan sehingga gagal lah percobaan kami dalam mengkultur daun sambung nyawa di minggu pertama. Lalu praktikan kemudian mengadakan praktikum ulang untuk melakukan pengamatan dan penaburan kembali, penaburan kembali. Praktikum ini di lakukan karena untuk mengganti bibit eksplant yang ditanam pada penaburan pertama sebagai pengganti eksplant yang ditanam pada penaburan pertama sebab eksplant mengalami kontaminasi semuanya
Pada pengamatan di minggu berikutnya yaitu minggu ketiga, kami menemukan adanya satu eksplan yang terkontaminasi lagi disebabkan adanya jamur. Dan pada botol lainnya kami temukan ada satu botol yang eksplantnya menunjukkan respon yakni berupa lengkungan dan yang lainnya belum menunjukkan respon.
Pada pengamatan di minggu selanjutnya yaitu minggu keempat, terdapat satu botol eksplant yang menunjukkan bahwa tanaman tersebut terus menunjukkan respon, sedangkan dua botol lainnya masih dalam keadaan aseptic tanpa ada tanda-tandanya pertumbuhan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat di simpulkan bahwa pada penaburan yang pertama, semua botol eksplan terkontaminasi, ini disebabkan karena jamur. Lalu pada penaburan kedua, terdapat satu botol yang terkontaminasi, satu botol yang mengalami pertumbuhan, dan dua botol masih aseptic tanpa adanya tanda-tanda pertumbuhan.
Saran
Saran saya jika praktikum yang akan datang sebaiknya untuk daun tanaman yang akan di tanam daun yang di pilih daun yang benar-benar masih muda supaya kemungkinan untuk tumbuh lebih besar, dan diharapkan agar para mahasiswa harus lebih tertib dalam melaksanakan praktikum tersebut..
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2010. Tanaman Obat. http://duniatanaman.com/tanaman-obat.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2011.
Anonim2, 16 Desember 2007 http://kiathidupsehat.com/tanaman-obat-khasiat-tanaman-sambung-nyowo-gynura-procumbens-lour-merr/. Diakses pada tanggal 26 mei 2011.
Ardhi, 2010. Tanaman Obat: Khasiat Tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) http://kiathidupsehat.com/tanaman-obat-khasiat-tanaman-sambung-nyowo-gynura-procumbens-lour-merr/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2011.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar