Rabu, 12 Februari 2014
laporan praktikum fisiologi tumbuhan
FOTOSINTESIS
(Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)
Oleh:
Yeni Yulia
E1A209025
Kelompok 4
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengubahan
energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat)dan kemudian pengubahan energi
kimia menjadi energi kerja pada peristiwa pernapasan dalam tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia merupakan rangkaian proses kehidupan di dunia ini
(Dwidjoseputro, 1983).
Pertanian pada dasarnya merupakan sistem
pemanfaatan energi matahari melalui proses fotosintesis. Sebagai sumber energi
utama bagi manusia, fotosintesis telah memasok energi untuk makanan, dan bahan
bakar fosil yang memberikan tenaga untuk pembangkit tenaga listrik dan banyak
mesin lainnya. Studi mengenai fisiologi tanaman bididaya segera menghasilkan
penemuan bahwa produksi tanaman budidaya pada dasarnya tergantung pada ukuran
dan efisiensi sistem fotosintesis ini. Praktik-praktik pengelolaan tanaman
budidaya berlangsung berdasarkan asumsi ini. karena fotosintesis merupakan batu
pijakan produksi pangan, kita perlu memahami tentang energi yang tersedia untuk
mengadakan fotosintesis, dan mempelajari bagaimana ciri anatomi dan
proses-proses biokimia dalam tubuh tumbuhan berinteraksi untuk menangkap dan
menyimpan energi radiasi (Franklin P. G dkk, 1991).
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk membuktikan bahwa pada proses fotosintesis
tanaman akan terbentuk amilum.
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu
sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemmpuannya untuk
menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta di
asimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada
cukup cahaya dan oleh karena itu maka asimilasi zat karbon disebut fotosintesis
(Tim Penyusun, 2009).
Jadi
fotosintesis adalah suatu proses dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2
oleh klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar.
Proses fotosintesis tersebut dirumuskan dalam persamaan reaksi sebagai berikut
:
cahaya
6CO2 + 6H2 5 C6H12O6 +6O2 (Tim Pengajar, 2007).
klorofil
Klorofil
terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas itu di dalam kloroplas.
pada umumnya kloroplas berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang
butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana. Klorofil itu artinya
fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengenbalikannya dalam gelombang
yang berlainan (Dwidjoseputro, 1983).
Pada
proses fotosintesis, daun berfungsi sebagai organ utama fotosintesis pada
tumbuhan tingkat tinggi. Evolusi daun telah mngembangkan suatu struktur yang
akan menahan kekerasan lingkungan namun juga efektif dalam penyerapan cahaya
dan cepat dalam pengmbilan CO2 untuk fotosintesis. Permukaan luar
daun yang luas dan datar memungkinkannya menangkap cahaya semaksimal mungkin
persatuan volume dan meminimalkan jarak yang harus ditempuh oleh karbondioksida. Dari permukaan daun ke
kloroplas. Kebanyakan sel mesofil ada daun mengandung sejumlah besar kloroplas
(20 – 100 per sel) (Franklin P. G dkk, 1991).
Sel-sel
daun tidak berada jauh dari jaringan pembuluh, hl ini memungkinkan pergerakn
cepat air dan mineral-mineral ke sel-sel fotosintesis dari sel-sel dan dari
daun. Pengurangan pergerakan bahan-bahan baku ke kloroplas atau pergerkan
hasil-hasil fotosintesis dari kloroplas dapat mengurangi laju fotosintesis
(Franklin P. G dkk, 1991).
Faktor-faktor
yang langsung mempengaruhi fotosintesis di antaranya yaitu cahaya, CO2, dan
suhu yang tepat. Air dan unsur-unsur mineral juga mempengaruhi fotosintesis
(Franklin P. G dkk, 1991).
Cahaya
digunakan tumbuhan sebagai sumber energi untuk melakukan fotosintesis, yang
merupakan bagian spektrum energi radiasi. Energi radisi yang tersedia untuk fotosintesis
berasal dari matahari. Matahari merupakan suatu pemancar bertubuh hitam dan
menurut Hukum Wein panjang gelombang maksimum berbanding terbalik dengan
tubuhnya. Namun tumbuhan telah beradaptasi terhadap radiasi matahari karena
gelombang sinar tampak sesuai dengan 44-505 dari seluruh radiasi matahari yang
masuk atmosfer bumi (Franklin P. G dkk, 1991).
Karbondioksida
merupakan komponen gas di udara yang merupakan bahan untuk melakukan
fotosintesis. Karbon dioksida sampai ke kloroplas terjadi secara difus dari
udara melalui stomata ke sel, dan kemdian ke dalam kloroplas (Franklin P. G
dkk, 1991).
Air
merupakan subtrat fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari jumlah air total
digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Sedangkan suhu mempengahuri proses fotorespirasi, apabila suhu meningkat
maka laju fotorespirasi juga meningkat (Franklin P. G dkk, 1991).
Pada
proses fotosintesis terbentuk karbohidrat amilum. Adanya amilum dapat
dibuktikan dengan pengujian yodium. Amilum dan yodium memberikan warna hitam.
Amilum hanya terdapat pada bagian daun yang hijau dan terkena sinar matahari
(Tim Penyusun, 2010). Selain karbohidrat, fotosistesis juga menghasilkan O2
yang kemudian dilepaskan ke udara oleh tumbuhan.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
yaitu :
Daun Mangga (Mangifera indica). Bahan yang diuji dan
diamati
Larutan alkohol. Digunakan
untuk merendam daun mangga
Larutan betadine.
Bahan penguji amilum
Air. Untuk merebus daun
mangga.
Alat
Alat-alat yang diguakan pada praktikum ini yaitu :
Cawan Petri.
Tempat meletakkan bahan
Pinset. Alat untuk mengambil daun setelah di rebus
Aluminium Foil. Untuk menutup
bagian daun saat perlakuan
Kertas karbon.
Untuk menutup bagian daun saat perlakuan
Hot Plate. Untuk
memanaskan air
Beaker Glass. Tempat memanaskan air dan merebus daun
Waktu dan Tempat
Praktikum
fisiologi tumbuhan ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Maret 2010 pada pukul 14.30 WITA sampai
16:30 WITA. Di Laboraturium
Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
1. Tanaman yang tumbuh dilapangan sebagian
daunnya ditutup dengan kertas karbon dan aluminium foil.
2. Daun yang sudah ditutup dibiarkan di
lapangan selama 5 hari.
3. Kemudian petik daun tersebut, rebus,
rendam dan celupkan dalam alkohol dan yodium.
4. Amati bila bagian yang tertutup tampak
putih berarti tanpa amilum sedangkan pada daerah yang tidak tertutup berwarna
hitam menunjukkan adanya amilum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
No
|
Larutan
|
Perlakuan
|
Daun
|
Keterangan
|
1
|
Alkohol
|
Dengan kertas
Aluminium Foil
|
(Mangifera indica)
|
Ø Bagian yang tidak tertutupi menjadi agak
kecoklatan
Ø Bagian yang ditutupi terdapat bercak
putih
|
2
|
Alkohol
|
Dengan kertas
Karbon
|
(Mangifera indica)
|
Ø Bagian yang tidak ditutupi menjadi lebih
hitam
Ø Bagian yang ditutupi terdapat bercak
putih
|
3
|
Yodium
|
Dengan kertas
Aluminium Foil
|
(Mangifera indica)
|
Ø Bagian yang tidak ditutupi menjadi
kecoklatan
Ø Bagian yang ditutupi menjadi lebih putih
|
4
|
Yodium
|
Dengan kertas
Karbon
|
(Mangifera indica)
|
Ø Bagian yang tidak ditutupi menjadi lebih
gelap
Ø Bagian yang ditutupi menjadi lebih putih
|
Pembahasan
Bahan
yang diuji dan diamati pada praktikum ini adalah daun mangga, tujuan
menggunakan daun mangga ini untuk membukikan pada daun mangga memiliki klorofil
sehingga terjadi fotosintesis. Ini dibuktikan dengan menguji daun dengan
perlakuan dittutupi kertas karbon dan setelah diuji dengan merendamnya dalam
air panas selama ± 30 menit, lalu
dicelupkan kedalam larutan alkohol, dan larutan yodium pada daun mangga
terdapat bintik-bintik berwarna hitam yang berarti pada daun ini terkandung
amilum. Hasil pengamatan ini membuktikan bahwa hipotesis dari praktikum ini
benar yaitu apabila amilum diberi yodium akan memberikan warna hitam. Dan dapat
disimpulkan bahwa pada proses fotosistesis akan menghasilkan amilum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fotosintesis adalah :
1.
Ketersediaan air, akibat dari kekurangan air akan menyebabkan daun layu
dan stomata menutup, akibatnya penyerapan karbondioksida terhambat sehingga
laju fotosintesis menurun.
2.
Intensitas cahaya, makin
tinggi intensitas cahaya makin banyak energi yang terbentuk, sehingga
mempercepat fotosintesis. Namun, intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan
merusak klorofil dan mengurangi kecepatan dalam proses terjadinya fotosintesis
pada tanaman yang berklorofil.
3.
Konsentrasi
karbondioksida (CO2). Semakin tinggi konsentrasi CO2 semakin meningkatkan laju fotosintesis. Semua faktor
tersebut mempengaruhi
fotosintesis, yang paling membatasi hanyalah faktor ketersediaan air.
Proses
pembentukan karbohidrat pada fotosintesis, daun yang diberi perlakuan dengan
dipanaskan pada air mendidih kemudian dimasukkan dalam alkohol panas
mengakibatkan pigmen daun jadi luntur. Daun yang semula berwarna hijau tua
berubah menjadi hijau muda. Hal ini dimaksudkan agar ada tidaknya amilum pada
daun dapat terlihat dengan jelas pada saat daun tersebut dicuci dengan larutan yodium.
Perebusan dilakukan agar sel dalam daun mati dan menjadikan sel-sel daun
lebih permeabel terhadap larutan yodium. Memasukkan daun dalam alkohol
bertujuan untuk melarutkan klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi
dengan larutan yodium. Setelah itu meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi
permukaan daun dengan larutan lugol/iodium sampai merata. Perlakuan ini membuat
daun menjadi berwarna biru kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam
jaringan daun.
Larutan yodium disini berfungsi untuk memberikan warna pada daun agar
dapat dibedakan bagian daun yang mengandung amilum dan tidak. Setelah
dimasukkan dalam larutan yodium, daun yang telah ditutup sebelumnya berwarna
agak kebiru-tuaan disekitar pinggir – pinggirnya dan di bagian – bagian yang
tidak ditutupi lainnya, sedangkan bagian tengahnya atau bagian yang ditutupi
berwarna sedikit lebih cerah.
Hal ini disebabkan karena pada bagian yang ditutup tidak terjadi proses
fotosintesis, sehingga dibagian tersebut tidak terdapat amilum yang ditunjukkan
oleh warna biru tua kehitaman. Sedangkan pada daun yang tidak ditutup warna
biru tua kehitamannya akan merata diseluruh bagiannya, karena pada seluruh
bagian permukaan daun terjadi proses fotosintesis.
Amilum adalah zat tepung yang
merupakan molekul-molekul heksosa dari polisakarida gula. Amilum banyak
terdapat di tempat-tempat penyimpanan cadangan makanan seperti umbi, biji, dan
akar. Namun butir amilum ini semula terdapat di dalam kloroplas daun. Oleh
karena itu pada praktikum ini daun direndam dalam larutan alkohol, karena
larutan alkohol dapat melarutkan klorofil daun. Pengangkutan amilum dari sel ke
sel tidak dalam bentuk amilum tetapi harus dalam bentuk gula. Reaksi yodium
dengan amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
- Daun
ditutupi dengan kertas karbon setelah diuji menunjukkan adanya tanda
adanya amilum yaitu bintik-bintik hitam.
- Daun ditutupi
dengan aluminium foil setelah diuji
tidak menunjukkan tanda adanya amilum yaitu bintik-bintik hitam.
- Praktikum
ini membuktikan bahwa pada proses fotosintesis akan menghasilkan atau
membentuk karbohidrat yang di dalamnya terdapat zat tepung atau amilum.
- Proses
fotosintesis tidak dapat berlangsung tanpa adanya cahaya matahari, karena
cahaya matahari pada proses fotosintesis merupakan sumber energi bagi
tumbuhan untuk dapat melakukan fotosintesis.
Saran
Dalam praktikum ini sebaiknya
harus lebih teliti dan lebih memperhatikan pada saat melakukan percobaan dan
pengamatan, agar tidak terjadi kekeliruan dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, R.D.1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta.
Fitter. A dan M. Hay, 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. UGM Press,Yogyakarta.
Tim Pengajar. 2007. Panduan Praktikm Biologi Umum. Fakultas MIPA UNLAM. Banjarbaru.
Tim Penyusun. 2010. Penuntun
Praktikum Sementara Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian UNLAM. Banjarbaru.
Rabu, 13 Juni 2012
bahan kuliah pencemaran tanah
PENDAHULUAN
Dalam pertemuan ini
anda akan mempelajari pencemaran tanah. Hal ini penting diketahui karena tanah yang
tercemar akan mengganggu sifat-sifat tanah terutama sifat biologi tanah. Seperti telah diuraikan
sebelumnya bahwa faktor biologi tersebut
sangat penting hubungannya dengan kesuburan dan kesehatan tanah.
Setelah anda mempelajari bab ini diharapkan anda dapat mengetahui
bermacam-macam bahan pencemar tanah
PENYAJIAN
Akhir-akhir ini sudah banyak perhatian dicurahkan pada pencemaran lingkungan dan pengaruhnya terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, termasuk juga pencemaran terhadap tanah. Diantara bahan pencemar yang cukup besar pengaruhnya terhadap kesuburan dan kesehatan tanah adalah ; (1) pestisida dan pupuk yang digunakan dalam usaha kegiatan pertanian, (2) bahan anorganik seperti air raksa, kadmium dan timah hitam, (3) garam-garam (4) bahan radioaktif dan (5) limah rumah tangga dan industri. Baiklah berikut ini diuraikan satu persatu.
1. Pestisida dan Pupuk
Hampir semua usaha pertanian sekarang ini sudah menggunakan bahan kimia,
baik untuk membunuh hama
/ penyakit tanaman maupun untuk pemupukan. Bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh hama /
penyakit disebut pestisida (seperti; insektisida, rodentisida, herbisida dan sebagainya. Dalam
banyak kasus, sisa bahan kimia ini tertinggal di dalam tanah dan manjadi bahan pencemar tanah (soil pollutan).
Pestisida biasanya digunakan untuk membasmi organisme tertentu, baik
berupa penyakit, hama
ataupun gulma. Walaupun yang dituju hanya
satu sasaran. Sebagai contoh insektisida yang mengandung bahan arsenik, timah
hitam yang digunakan untuk membasmi kumbang kentang, tetapi juga membunuh
burung, lebah, cacing tanah dan dalam beberapa kasus juga manusia. Penimbunan
senyawa ini di dalam tanah, masih berbahaya dalam jangka beberapa tahun setelah
pemberiannya dihentikan.
Pemakaian pestisida di beberapa negara yang sudah maju sekarang ini sudah
sangat dibatasi dan diawasi dengan ketat, tetapi di negara berkembang belum ada
pengawasan yang ketat sehingga pemakaian pestisida yang berbahaya dan sudah dilarang, ternyata sebagain orang
secara sembunyi-sembunyi masih menggunakannya.
Penggunaan insektisida DDT misalnya
dilarang , tetapi ia masih diproduksi dan digunakan di beberapa negara
yang pengawasannnya kurang ketat tadi.
Dalam pengerjaan
pertanian juga biasanya disebarkan pupuk, baik pupuk organik (seperti pupuk
kandang) atau pupuk anorganik (seperti urea, SP-36 dan KCl). Dalam jumlah yang
kecil dan cara aplikasi yang benar, pupuk ini
tidaklah menimbulkan bahaya bagi tanah, tetapi dalam jumlah yang banyak
dan terus-menerus dapat berbahaya. Tempat / kandang dengan ternak dalam jumlah
yang besar (misalnya, ayam lebih dari
10.000 ekor dipelihara dalam kandang), dalam waktu tertentu terjadi penimbunan
senyawa nitrat ke dalam tanah. Dengan adanya aliran air senyawa ini dapat
bergerak ke tempat lain. Konsentrasi nitrat yang tinggi dapat membahayakan
tanaman dan organisme tanah lainnya. Begitu pula penggunaan pupuk buatan yang banyak
dan tidak efisien, misalnya penggunaan pupuk yang melebihi dosis anjuran
dan pengelolaan pupuk yang salah dapat berakibat
hanyutnya sebagian pupuk tersebut ke dalam tanah. Secara umum, dalam jumlah
banyak (terakumulasi dalam konsentrasi tinggi) semua unsur hara dapat berbahaya
bagi tanaman dan organisme tanah.
2. Bahan Kimia Anorganik (Logam Berat)
Bahan
anorganik selain unsur hara tanaman yang sering mencemari tanah adalah mercury (air raksa), cadmium dan timah hitam. Bahan kimia ini juga
termasuk ke dalam jenis logam berat. Bahan
kimia ini juga sering terdapat dalam pestisida seperti telah diuraikan
diatas atau berupa produk-produk industri, limbah industri, limbah pertambangan, bahan
bakar dan lain sebagainya.
Mercury
atau air raksa dapat masuk ke dalam tanah melalui penggunaan pestisida dan
kegiatan industri. Tanaman yang disemprot dengan pestisida tidak semuanya
senyawa tersebut terserap tanaman.
Sebagian senyawa yang mengandung logam ini jatuh ke tanah dan menumpuk di dalam
talam tanah. Logam ini di dalam tanah berbahaya bagi organisme tanah, karena
bersifat racun seperti dalam bentuk Methyl
Mercury.
Cadmium sering terdapat
dalam sampah / limbah pabrik / limbah tambang. Di Jepang pernah
diberitakan tentang keracunan cadmium
dikarenakan memakan ikan dari perairan yang tercemar cadmium.
Timah hitam tanpa kita sadari banyak mencemari
tanah dan organisme dari asap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
premium.
Sejumlah
merk sabun (deterjen) terutama yang berkadar fosfor tinggi dapat mencemari air ( air tanah). Walaupun fosfor merupakan
unsur hara penting bagi tanaman, tetapi dalam jumlah besar dan tidak pada
tempatnya dapat mencemari tanah. Akumulasi fosfor (dan unsur lainnya) di air
disebut Eutrofikasi. Eutrofikasi dapat mengakibatkan pertumbuhan
gulma air yang cepat sehingga menutup perairan dan mengganggu kegiatan perikanan.
Disamping itu bila air yang mengandung fosfor banyak ini mengalir ke lahan
pertanian dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman seperti pembungaan dini dan sebagainya.
3. Garam-Garam
Senyawa-senyawa garam
yang dimaksud disini adalah senyawa yang berasal dari senyawa asam dan basa
sepeerti; NaCl, CaSO4, MgSO4, KSO4 dan
sebagainya. Di daerah kering seperti di
beberapa tempat di Jawa Timur, dimana sistem irigasi diterapkan, ada
kecenderungan garam-garam terlarut menumpuk ketika air menguap dari tanah
sehingga konsentrasi garam-garam tersebut tinggi dan dapat meracuni tanaman dan
mikroorganisme tanah. Hal seperti ini
juga terjadi di daerah irigasi di
Meksiko dan USA
dan diberitakan sebagai masalah yang
besar.
4. Bahan Radioaktif
Semakin banyak penggunaan
energi nuklir dan energi lainnya, maka
penempatan sampah / limbahnya menjadi
masalah. Penempatan limbah nuklir di
darat (tanah) harus lebih cermat untuk mencegah merembesnya bahan itu ke dalam tanah (air tanah). Bahan radioaktif ini sangat berbahaya bagi
tanaman dan organisme lainnya.
5. Limbah Rumah Tangga / Industri
Dengan
pertambahan penduduk yang cepat, timbullah persoalan sehubungan dengan
pengelolaan limbah rumah tangga dan
industri tersebut. Limbah / sampah dalam
jumlah dan jenis banyak seperti, bahan
dari tumbuhan, hewan, manusia, logam,
kaca, plastik dan limbah industri lainnya cukup sulit dikelola. Akhir-akhir ini dikenal istilah Land
Fill yaitu suatu area yang digunakan untuk menimbun sampah. Dari
berbagai jenis sampah ini akan dihasilkan bahan pencemar yang membahayakan
tanah.
LATIHAN
PETUNJUK
: Jika anda dapat menjawab pertanyaan berikut dengan jelas dan lengkap
maka anda telah menguasai sedikitnya 50
% dari bahan yang diajarkan dalam bab ini.
PERTANYAAN
:
1.
Sebutkan enam macam bahan pencemar tanah yang anda
ketahui !
2.
Mengapa pestisida,
pupuk dan limbah rumah tangga
dapat mencemari tanah, jelaskan!
RINGKASAN
Diantara bahan pencemar yang cukup besar pengaruhnya adalah ; (1) pestisida dan pupuk yang digunakan dalam usaha kegiatan pertanian, (2) bahan anorganik seperti air raksa, kadmium dan timah hitam, (3) garam-garam dan (4) bahan radioaktif dan (5) limah rumah tangga dan industri
PENUTUP
TES FORMATIF
PETUNJUK : Jawablah pertanyaan
berikut dengan singkat tapi jelas.
- Jelaskan kenapa unsur hara yang berlebihan dapat merusak kesuburan tanah ? Jelaskan.
- Pestisida selain membunuh hama atau penyakit tanaman, juga dapat membunuh organisme apa saja. Jelaskan mengapa organisme selain hama atau penyakit itu jangan dibunuh ?
tabel karakteristik lahan (bahan kuliah inventarisasi dan evaluasi lahan)
Tabel 1. Karakteristik lahan yang digunakan
sebagai parameter dalam evaluasi lahan.
Staf PPT (1983)
|
Bunting (1981)
|
Sys et al. (1993)
|
CSR/FAO (1983)
|
Driessen (1971)
|
Tipe hujan (Oldeman et al.)
|
Periode pertumbuhan tanaman
|
Temperatur rerata (°C) atau elevasi
|
Temperatur rerata (°C) atau elevasi
|
Lereng
|
Kelas drainase
|
Temperatur rerata pada periode pertumbuhan
|
Curah hujan (mm)
|
Curah hujan (mm)
|
Mikrorelief
|
Sebaran besar butir (lapisan atas)
|
Curah hujan tahunan
|
Lamanya masa kering (bulan)
|
Lamanya masa kering (bulan)
|
Keadaan batu
|
Kedalaman efektif
|
Kelas drainase
|
Kelembaban udara
|
Kelembaban udara
|
Kelas drainase
|
Ketebalan gambut
|
Tekstur tanah
|
Kelas Drainase
|
Kelas drainase
|
Regim kelembaban
|
Dekomposisi gambut/jenis gambut
|
Kedalaman perakaran
|
Tekstur/Struktur
|
Tekstur
|
Salinitas/ alkalinitas
|
KTK
|
Reaksi tanah (pH)
|
Bahan kasar
|
Bahan kasar
|
Kejenuhan basa
|
Kejenuhan basa
|
Salinitas/ DHL
|
Kedalaman tanah
|
Kedalaman tanah
|
Reaksi tanah (pH)
|
Reaksi tanah (pH)
|
Pengambilan hara (N, P, K) oleh tanaman
|
KTK liat
|
Ketebalan gambut
|
Kadar pirit
|
C-organik
|
Pengurasan hara (N, P, K) dari tanah
|
Kejenuhan basa
|
Kematangan gambut
|
Kadar bahan organik
|
P-tersedia
|
|
Reaksi tanah (pH)
|
KTK liat
|
Tebal bahan organik
|
Salinitas/DHL
|
|
C-organik
|
Kejenuhan basa
|
Tekstur
|
Kedalaman pirit
|
|
Aluminium
|
Reaksi tanah (pH)
|
Struktur, porositas, dan tingkatan
|
Lereng (%)/mikrorelief
|
|
Salinitas/DHL
|
C-organik
|
Macam liat
|
Erosi
|
|
Alkalinitas
|
Aluminium
|
Bahan induk/ cadangan mineral
|
Kerusakan karena banjir
|
|
Lereng
|
Salinitas/DHL
|
Kedalaman efektif
|
Batu dan kerikil, penghambat pengolahan tanah
|
|
Genangan
|
Alkalinitas
|
|
Pori air tersedia
|
|
Batuan di permukaan
|
Kadar pirit
|
|
Penghambat pertumbuhan karena kekurangan air
|
|
CaCO3
|
Lereng
|
|
Kesuburan tanah
|
|
Gypsum
|
Bahaya erosi
|
|
Permeabilitas lapisan atas
|
|
Jumlah basa
|
total Genangan
|
|
|
|
|
Batuan di permukaan
|
|
|
|
|
Singkapan batuan
|
|
Karakteristik
lahan yang digunakan pada Juknis ini adalah: temperatur udara, curah hujan,
lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation
liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman
bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan
singkapan batuan.
- temperatur udara :
|
merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam
°C
|
- curah hujan :
|
merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan
dalam mm
|
- lamanya masa kering :
|
merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam
setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm
|
- kelembaban udara :
|
merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan
dinyatakan dalam %
|
- drainase :
|
merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah
terhadap aerasi udara dalam tanah
|
- tekstur :
|
menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah
halus dengan ukuran <2 mm
|
- bahan kasar :
|
menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan
ukuran >2 mm
|
- kedalaman tanah :
|
menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat
dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi
|
- ketebalan gambut :
|
digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tebalnya
lapisan gambut dalam cm dari permukaan
|
- kematangan gambut :
|
digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tingkat kandungan
seratnya dalam bahan saprik, hemik atau fibrik, makin banyak seratnya
menunjukkan belum matang/mentah (fibrik)
|
- KTK liat :
|
menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat
|
- kejenuhan basa :
|
jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh
tanah.
|
- reaksi tanah (pH) :
|
nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering
dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang pada
tanah basah diukur di lapangan
|
- C-organik :
|
kandungan karbon organik tanah.
|
- salinitas :.
|
kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan
oleh daya hantar listrik
|
- alkalinitas :
|
kandungan natrium dapat ditukar
|
- kedalaman bahan sulfidik :
|
dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah
sampai batas atas lapisan sulfidik.
|
- lereng :
|
menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %
|
- bahaya erosi :
|
bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya
erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi
parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang
(rata-rata) per tahun
|
- genangan :
|
jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun
|
- batuan di permukaan :
|
volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan
tanah/lapisan olah
|
- singkapan batuan :
|
volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah
|
sumber air tawar :
|
tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna
mempertahankan pH dan salinitas air tertentu
|
- amplitudo pasang-surut :
|
perbedaan permukaan air pada waktu pasang dan surut
(dalam meter)
|
- oksigen :
|
ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan
pertumbuhan tanaman/ikan
|
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan
dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan
dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya.
Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi
komoditas tertentu.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.
Tabel 2. Kualitas
lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan menurut CSR/FAO (1983), FAO
(1983), dan Sys et al. (1993).
CSR/FAO, 1983
|
FAO, 1983
|
Sys et.al., 1993
|
Temperatur
|
Kelembaban
|
Sifat iklim
|
Ketersediaan air
|
Ketersediaan hara
|
Topografi
|
Ketersediaan oksigen
|
Ketersediaan oksigen
|
Kelembaban
|
Media perakaran
|
Media untuk perkembangan akar
|
Sifat fisik tanah
|
Retensi hara
|
Kondisi untuk pertumbuhan
|
Sifat kesuburan tanah
|
Toksisitas
|
Kemudahan diolah
|
Salinitas/alkalinitas
|
Sodisitas
|
Salinitas dan alkalinitas/ toksisitas
|
|
Bahaya sulfidik
|
Retensi terhadap erosi
|
|
Bahaya erosi
|
Bahaya banjir
|
|
Penyiapan lahan
|
Temperatur
|
|
|
Energi radiasi dan fotoperiode
|
|
|
Bahaya unsur iklim (angin,
kekeringan)
|
|
|
Kelembaban udara
Periode kering untuk pemasakan (ripening) tanaman |
|
Drainase tanah
Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut:
Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut:
1
|
Cepat (excessively drained), tanah mempunyai
konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air
rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang
dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
|
2
|
Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah
mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah
demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang
dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
|
3
|
Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah
dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan
besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai = 100 cm.
|
4
|
Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai
konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah,
tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman.
Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa
bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada
lapisan sampai = 50 cm.
|
5
|
Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai
konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat
rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi
sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi
dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai =25 cm.
|
6
|
Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai
konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat
rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah
demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang
dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan
bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai
permukaan.
|
7
|
Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan
konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah,
tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai
ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil
tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai
warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.
|
Tekstur
Tekstur adalah merupakan gabungan komposisi fraksi tanah halus (diameter =2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada Tabel berikut:
Tekstur adalah merupakan gabungan komposisi fraksi tanah halus (diameter =2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada Tabel berikut:
No
|
Kelas
|
Sifat Tanah
|
1
|
Pasir (S)
|
Sangat
kasar sekali, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat.
|
2
|
Pasir
berlempung (LS)
|
Sangat
kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.
|
3
|
Lempung
berpasir (SL)
|
Agak
kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, serta agak melekat.
|
4
|
Lempung
(L)
|
Rasa tidak
kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilat, dan melekat.
|
5
|
Lempung
berdebu (SiL)
|
Licin,
membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat,
serta agak melekat.
|
6
|
Debu (Si)
|
Rasa licin
sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat, serta agak melekat.
|
7
|
Lempung
berliat (CL)
|
Rasa agak
kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah
hancur, serta agak melekat
|
8
|
Lempung
liat berpasir (SCL)
|
Rasa kasar
agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi
mudah hancur, serta melekat.
|
9
|
Lempung
liat berdebu (SiCL)
|
Rasa licin
jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.
|
10
|
Liat
berpasir (SC)
|
Rasa licin
agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah
digulung, serta melekat.
|
11
|
Liat
berdebu (SiC)
|
Rasa agak
licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung,
serta melekat.
|
12
|
Liat (C)
|
Rasa
berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat
melekat.
|
Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan
pada Juknis ini adalah:
Halus (h)
|
Liat berpasir, liat, liat berdebu
|
Agak halus (ah)
|
Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat
berdebu
|
Sedang (s)
|
Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, debu
|
Agak kasar (ak)
|
Lempung berpasir
|
Kasar (k)
|
Pasir, pasir berlempung
|
Sangat halus (sh)
|
Liat (tipe mineral liat 2:1)
|
Bahan kasar
Bahan kasar adalah merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi:
Bahan kasar adalah merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi:
Sedikit
|
<15 %
|
Sedang
|
15-35%
|
Banyak
|
35-60%
|
Sangat Banyak
|
>60%
|
Kedalaman tanah
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Sangat dangkal
|
<20 cm
|
Dangkal
|
20-50 cm
|
Sedang
|
50-75 cm
|
Dalam
|
> 75 cm
|
Ketebalan gambut
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi:
Ketebalan gambut, dibedakan menjadi:
Tipis
|
<60 cm
|
Sedang
|
60-100 cm
|
Agak Tebal
|
100-200 cm
|
Tebal
|
200-400 cm
|
Sangat Tebal
|
>400 cm
|
Fibrik+ = saprik/ hemik/ fibrik dengan
sisisipan/ pengkayaan bahan mineral.
Alkalinitas
Menggunakan nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu dengan perhitungan
Menggunakan nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu dengan perhitungan
ESP = Na dapat tukar x 100
KTK tanah
KTK tanah
Nilai ESP 15% adalah sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR 13
Bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel berikut.
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel . Tingkat bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah
permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat Ringan (SR)
|
< 0,15
|
Ringan (R)
|
0,15- 0,9
|
Sedang (S)
|
0,9-1,8
|
Berat (B)
|
1,8-4,8
|
Sangat Berat (SB)
|
>4,8
|
Bahaya banjir/genangan
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan.
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan.
No
|
Kedalaman Banjir (cm) (X)
|
Lama Banjir (bulan) (Y)
|
1
|
< 25
|
< 1
|
2
|
25-50
|
1-3
|
3
|
50-150
|
3-6
|
4
|
>150
|
>6
|
diberi simbol Fx, y. (dimana X adalah simbol
kedalaman air genangan, dan Y adalah lamanya banjir). Kelas bahaya banjir
tersebut disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel. Kelas bahaya banjir
Simbol Kelas bahaya banjir Kelas bahaya banjir
berdasarkan kombinasi kedalaman dan lamanya banjir (F x,y)
Simbol
|
Kelas Bahaya Banjir
|
Kelas bahaya banjir berdasarkan
kombinasi kedalaman dan lamanya banjir (F x,y)
|
F0
|
Tanpa
|
-
|
F1
|
Ringan
|
F1.1, F2.1, F3.1
|
F2
|
Sedang
|
F1.2, F2.2, F3.2, F4.1
|
F3
|
Agak Berat
|
F1.3, F2.3, F3.3
|
F4
|
Berat
|
F1.4, F2.4, F3.4, F4,2, F4.3, F4.4
|
Langganan:
Postingan (Atom)